Berawal dari PR seorang Murid Kelas 2 Sekolah Dasar yang cuma dapet nilai 20, hanya betul 2 soal dari total soal 10. Padahal secara logika pekerjaan/jawaban murid dari 8 soal yang dicoret alias disalahkan oleh guru "Benar".
Dari bentuk soal PR dari Guru kepada Murid tersbut 4 x 4 x 4 x 4 x 4 x 4 = ... x ... = ... . dengan bimbingan Kakaknya sang murid menjawab 4 x 4 x 4 x 4 x 4 x 4 = 4 x 6 = 24, Namun, hal tersebut disalahkan oleh sang guru. Dari kejadian itu sang Kakak merasa jawaban adiknya secara logika benarsehingga sang kakan mekritisi sang guru dengan menulis pesan kritikan di buka adiknya mengenai nilai adiknya yang cuma dapet 20 , padahal jawaban sang adik benar dan seharus mendapat nilai 100. kejadian tersebut tidak cukup sempai di situ sang Kakak (Erfas) Murid kelas 2 SD tersebut mengunggah Jawaban PR adiknya ke jejaring sosial (Facebook) sehingga hal ini menjadi perhatian dan komentar para pengguna jejaring sosial sehingga 2 Profesor bidang matematika dan fisika saling berargumen yakni Prof Iwan Pranoto, dosen Matematika ITB, mengomentari penjelasan profesor fisika, Prof. Yohanes Surya.
"....bila diminta mengekspresikan 4+4+4+4+4+4 dalam perkalian, maka
jawabannya adalah 6x4. Itu bukan soal benar salah, melainkan kesepakatan
dalam mengekspresikan penjumlahan berulang dalam perkalian..tribunnews.com (Prof. Yohanes)".
"...bahwa 4x6 dan 6x4 sebenarnya sama saja. Jawaban bahwa 4+4+4+4+4+4 = 4x6 tidak bisa serta-merta disalahkan...tribunnews.com (Prof Iwan Pranoto)".
Dari komentar 2 Profesor bidang Matematika dan Fisika tersebut "sama-sama benar" dan semoga sang guru yang sempat menyalahkan jawaban anak sampai memberi nilai 20 pada muridnya padahal jawaban anak tidak bisa disalahkan, dengan berbagai komentar dari pengguna jejaraing sosial. mudah-mudahan sang GURU melihat dan memperhatikan komentar dan perdebatan ini agar kedepan lebih logis dalam menilai sehingga tidak mematahkan kerja keras murid. biarkan murid menemukan sendiri proses yang penting hasil akhirnya sama alias benar secara logika bukan pada rumus yang diajarkan supaya berpikir anak berkembang.
Mudah-mudahan kita semua para guru lebih teliti dan bijak dalam menilai. jangan main nilai saja. Apalagi Jikalau penulisan pesan sms dokoreksi atau dinilai pasti banyak mendapatkan nilai jelek..hee...Lah wong pesan sms ko dikoreksi dengan tata bahasa baku ya repottt,,,,wkwk...
Intinya jadikan peristiwa ini himah untuk saling memahami bukan untuk saling menyalahkan.
0 komentar
Post a Comment